Masa Pandemi COVID-19, Tren Daging Palsu Kian Marak di Jerman


 


Berlin - Epidemi Virus Corona COVID-19 menghasilkan trend baru di Jerman. Pada saat itu, daging palsu yang dari olahan tanpa ada daging semakin disukai.

Menyembuhkan Mata Ayam Berbusa

Mencuplik DW Indonesia, Jumat (4/9/2020), produsen sosis di kota kecil Bad Zwischenahn, Jerman dalam beberapa waktu paling akhir sukses tingkatkan keuntungan sampai 100 %. Tetapi tidak dengan produk sosis yang umumnya mereka menawarkan, tetapi dengan produk baru yang sedang jadi trend: sosis daging berbohong, alias sosis yang dari memiliki bentuk sama dengan produk biasa, tapi murni tanpa ada daging.


Hal sama dirasakan kompetitornya, perusahaan Wiesenhof, yang umumnya tawarkan beberapa tipe sosis tradisionil. Tahun ini, pemasaran beberapa produk vegetaris serta vegan dari Wiesenhof naik sampai 44 %.


Berpalingnya customer pada makanan tanpa ada daging dirasakan produsen besar seperti Nestle dari Swiss.


Pada paruh pertama 2020, keuntungan beberapa produk berbasiskan tumbuhan naik 40 %. Saat ini Nestle sedang coba kreasi terbaru: ikan tuna palsu brand "Vuna", yang dibikin dari kacang-kacangan hijau.


Stefan Palzer, Chief Technology Officer Nestle, menjelaskan dengan ketertarikan, target mereka ialah beberapa customer di Swiss serta Jerman yang dikatakannya "Flexitatrier". Mereka ialah customer yang sebab fakta perlindungan iklim kurangi mengonsumsi daging serta ikan, tetapi masih ingin masakan beraroma daging serta ikan.


Semenjak 2018, bagian makanan berbasiskan tumbuhan memang terus memperlihatkan peningkatan. Bila dahulu makanan tipe ini cuma adalah sejumlah kecil dari keuntungan pemasaran makanan, serta cuma dikonsumsi oleh barisan spesifik, tahun kemarin pangsa pasarnya telah capai 25 %.


Pasar paling besar di Eropa untuk produk makanan berbasiskan tumbuhan ialah Jerman, kata Alex Grümminger dari organisasi ProVeg. "Pada beberapa tahun kedepan, bagian ini akan tumbuh dua digit lagi", sambungnya.


Dari hamburger tanpa ada daging sampai sosis yang terlihat seperti dibuat dari daging, semakin banyak produk makanan berbasiskan tumbuhan saat ini menggempur pasar. Godo Röben, anggota direksi produsen sosis Rügenwalder Mühle menjelaskan.


"Menurut riset, 10 sampai 40 % protein hewan dapat diganti oleh protein nabati. "Perkembangannya cepat sekali. Tidak ada produsen makanan yang saat ini tidak tawarkan produk tanpa ada daging", sambungnya.


Menurut Perkumpulan Protein Nabati BalPro, yang sebagai wakil 70 produsen makanan, pemerintah saat ini harus aktif memberikan dukungan pasar ini dengan beberapa kebijaksanaan. Contohnya memperkuat beberapa produsen regional. "Supaya semua berubah dengan cara efektif serta ekologis, contohnya dapat digalakkan perkebunan dengan tanaman yang memiliki kandungan protein," kata Ketua BalPro, Sebastian Biedermann.


Rügenwalder Mühle telah mengaplikasikan taktik itu, kata Direktur Penting Michael Hähnel. Perusahaan telah punyai kontrak dengan beberapa partner untuk membudidayakan kacang soya (soybean) di Jerman. Bila project rintisan itu sukses, nanti perusahaan akan penuhi 10 % keperluan kacang soya dari pembudidayaan di negeri, serta tetap akan dinaikkan.


Postingan populer dari blog ini

All charges against Mason Greenwood DROPPED!

Grocery Items Facing a Lower Supply Right Now

India becomes the fourth country ever to land a spacecraft on the moon