Tak Mempan Halangi Massa Berunjuk Rasa, Thailand Cabut Dekrit Keadaan Darurat


 


Merdeka.com - Pemerintahan Thailand di Kamis menggagalkan dekrit situasi genting yang dipublikasikan minggu kemarin sesudah perdana mentri keluarkan isyarat untuk mendinginkan demonstrasi besar yang dipegang mahasiswa yang tuntut reformasi demokrasi.

Menentukan Keputusan Memasang Angka Togel

Pencabutan dekrit genting itu diterbitkan di media massa pemerintahan, serta berlaku di Kamis siang.


Pertama Menteri Prayuth Chan-ocha tampil di tv nasional di Rabu malam untuk meminta ke demonstran pro-demokrasi supaya kurangi kemelut politik serta janji untuk mengambil perlakuan genting.


Waktu ia menyampaikan pidato, demonstran berbaris di dekat Kantor PM tuntut pemunduran dianya. Mereka minta kawan-kawan mereka yang diamankan berkenaan dengan demonstrasi awalnya dibebaskan.


Mereka memperjelas, bila tuntutan mereka tidak disanggupi, mereka akan kembali lagi dalam 3 hari.


Beberapa demonstran menekan konstitusi yang lebih demokratis serta reformasi monarki. Kritikan terbuka pada lembaga kerajaan sudah memunculkan pro-kontra sebab dengan tradisionil kerajaan dipandang keramat serta pilar identitas nasional.


Rabu mengidentifikasi hari ke-8 demo oleh satu pergerakan yang dikeluarkan di Maret kemarin. Demonstrasi pernah berhenti sebab virus corona serta bersambung semenjak Juli kemarin. Dalam beberapa minggu paling akhir, demonstrasi semakin makin tambah meluas ke beberapa propinsi.


Demo selalu bersambung meskipun beberapa pimpinan demo diamankan serta difungsikan situasi genting yang larang orang bergabung lebih dari 4 orang.


Prayuth, dalam rekaman pidatonya, meminta ke rekanan senegaranya untuk mengakhiri ketidaksamaan politik mereka lewat Parlemen.


"Salah satu langkah untuk memperoleh jalan keluar kekal untuk seluruh pihak yang adil untuk mereka yang ada di jalan dan untuk juta-an orang yang memutuskan tidak untuk turun ke jalan dengan mengulas serta mengakhiri ketidaksamaan ini lewat proses parlementer," tuturnya, menurut text sah berbahasa Inggris dari sambutannya, dikutip AP, Kamis (22/10).


Pemerintahan di Selasa menyepakati keinginan untuk panggil kembali lagi Parlemen untuk tangani kritis politik dalam sidang spesial dari Senin sampai Rabu.


"Walau saya bisa dengarkan serta mengaku tuntutan demonstran, saya tidak bisa jalankan negara berdasar tuntutan demonstran atau massa," kata Prayuth.


Ia akhiri pidatonya dengan permintaan: "Silahkan kita hargai hukum serta demokrasi parlementer, serta diamkan pandangan kita dihidangkan lewat perwakilan kita di Parlemen."

Postingan populer dari blog ini

All charges against Mason Greenwood DROPPED!

Grocery Items Facing a Lower Supply Right Now

India becomes the fourth country ever to land a spacecraft on the moon